Mengosongkan Diri

Memperbaharui nous itu berarti kita itu harus dikosongkan dan diisi dengan pikiran Kristus. Artinya menyalibkan daging atau nafsu. Nafsu atau epitumia sarkos itu berasal dari logismoi dan logismoi itu berasal dari froneo dan froneo itu berasal dari nous.  Oleh karena itu, nous ini hatus dijaga dengan cara mengosongkan nous dari kejahatan dan mengisinya dengan fronema pneumatos atau pola pikir Kristus. Begitu nous kita tidak dijaga, pilihannya adalah nafsu daging. Nafsu daging ini adalah penyakit jiwa yang harus dimatikan (Kolose 3:5). Phatos adalah hawa nafsu yang negative  (Roma 1: 26; 1 Tesalonika 4:5; Kolose 3:5). Keinginan itu adalah normal tapi jangan sampai menjadi pathos.

Orang-orang percaya itu seperti pemahat patung yang ditangan kita sudah ada contoh yaitu gambar Allah yang akan dibentuk menjadi rupa Allah atau rupa Kristus. Memegang dan memahat adalah mengerjakana keselamatan kita dari gambar menjadi rupa. Seperti yang ditulis rasul Paulus di dalam Galatia 4:19. Oleh karena itu, matikanlah di dalam dirimu bagian kayu yang harus dibuang yaitu segala kejahatan (Kolose 3:5). Caranya adalah menyalibkan daging dan segala keinginannya (Galatia 3:24). Menyalibkan daging adalah melawan hal-hal yang bertentangan dengan Roh. St. Gregory Palamas  menyatakan  “Seorang yang suka melakukan dosa berarti ia sedang membenci dirinya sendiri”.  Seperti yang dikatakan oleh Hierothes,“ Ia menghanguskan atau menggelapkan gambar itu di dalam dirinya”. Nous yang jahat akan membuat tubuh kita menjadi gelap. Seharusnya Nous itu diterangi oleh Roh Kudus-menerima energy ilahi-menghasilkan hal-hal yang baik. Menurut John The Leader, Tuhan tidak menciptakan kejahatan, tapi kita yang menyebebkan itu menjadi jahat. Contohnya, kita marah terhadap dosa, itu adalah natural tapi kalau kita menggunakan kemarahan itu secara sembarangan maka itu menjadi unnatural. Seperti marah untuk menjatuhkan sesama kita. nous yang natural itu adalah memiliki ambisi untuk melakukan kebajikan. Penyakit pathos bukan tidak tahu Allah tapi tidak mau tahu akan Allah. Abba Filemon mengatakan bahwa pikiran yang sia-sia adalah penyakit dari jiwa. Symeon Methaprasis, mengatakan “Pathos adalah penyakit dari kecuekan dan jahat”.  Nikitas juga mengatakan bahwa phatos adalah ketidak percayaan.

            Intinya, nafsu adalah penyakit bagi jiwa. Nafsu ini harus disembuhkan bukan dibiarkan. Kita harus segera menyembuhkannya, dengan terapi jiwa yaitu Allah sebagai dokter dan kita sebagai pasien.  Karena jika hanya sepihak maka tidak pernah berhasil.  Terapi jiwa adalah dalam doa, bersinergy dengan Allah dan askesis-askesis lainnya. Yaitu melalui doa, sakit, menderita, dan meminta belaskasihan Tuha. Lewat itu semua terapi jiwa kita sedang berjalan menuju kesembuhan yang sempurna. Amin.

Mengosongkan Diri

Memperbaharui nous itu berarti kita itu harus dikosongkan dan diisi dengan pikiran Kristus. Artinya menyalibkan daging atau nafsu. Nafsu atau epitumia sarkos itu berasal dari logismoi dan logismoi itu berasal dari froneo dan froneo itu berasal dari nous.  Oleh karena itu, nous ini hatus dijaga dengan cara mengosongkan nous dari kejahatan dan mengisinya dengan fronema pneumatos atau pola pikir Kristus. Begitu nous kita tidak dijaga, pilihannya adalah nafsu daging. Nafsu daging ini adalah penyakit jiwa yang harus dimatikan (Kolose 3:5). Phatos adalah hawa nafsu yang negative  (Roma 1: 26; 1 Tesalonika 4:5; Kolose 3:5). Keinginan itu adalah normal tapi jangan sampai menjadi pathos.

Orang-orang percaya itu seperti pemahat patung yang ditangan kita sudah ada contoh yaitu gambar Allah yang akan dibentuk menjadi rupa Allah atau rupa Kristus. Memegang dan memahat adalah mengerjakana keselamatan kita dari gambar menjadi rupa. Seperti yang ditulis rasul Paulus di dalam Galatia 4:19. Oleh karena itu, matikanlah di dalam dirimu bagian kayu yang harus dibuang yaitu segala kejahatan (Kolose 3:5). Caranya adalah menyalibkan daging dan segala keinginannya (Galatia 3:24). Menyalibkan daging adalah melawan hal-hal yang bertentangan dengan Roh. St. Gregory Palamas  menyatakan  “Seorang yang suka melakukan dosa berarti ia sedang membenci dirinya sendiri”.  Seperti yang dikatakan oleh Hierothes,“ Ia menghanguskan atau menggelapkan gambar itu di dalam dirinya”. Nous yang jahat akan membuat tubuh kita menjadi gelap. Seharusnya Nous itu diterangi oleh Roh Kudus-menerima energy ilahi-menghasilkan hal-hal yang baik. Menurut John The Leader, Tuhan tidak menciptakan kejahatan, tapi kita yang menyebebkan itu menjadi jahat. Contohnya, kita marah terhadap dosa, itu adalah natural tapi kalau kita menggunakan kemarahan itu secara sembarangan maka itu menjadi unnatural. Seperti marah untuk menjatuhkan sesama kita. nous yang natural itu adalah memiliki ambisi untuk melakukan kebajikan. Penyakit pathos bukan tidak tahu Allah tapi tidak mau tahu akan Allah. Abba Filemon mengatakan bahwa pikiran yang sia-sia adalah penyakit dari jiwa. Symeon Methaprasis, mengatakan “Pathos adalah penyakit dari kecuekan dan jahat”.  Nikitas juga mengatakan bahwa phatos adalah ketidak percayaan.

            Intinya, nafsu adalah penyakit bagi jiwa. Nafsu ini harus disembuhkan bukan dibiarkan. Kita harus segera menyembuhkannya, dengan terapi jiwa yaitu Allah sebagai dokter dan kita sebagai pasien.  Karena jika hanya sepihak maka tidak pernah berhasil.  Terapi jiwa adalah dalam doa, bersinergy dengan Allah dan askesis-askesis lainnya. Yaitu melalui doa, sakit, menderita, dan meminta belaskasihan Tuha. Lewat itu semua terapi jiwa kita sedang berjalan menuju kesembuhan yang sempurna. Amin.

Diterbitkan oleh mercykristini

Re

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai